Demi Apa Belajar Bahasa Inggris (Lagi)?

Saat saya memutuskan sesuatu hal yang berhubungan dengan masa depan, ada yang akan terus menggelayut di hati dan pikiran. 
Apakah ini akan berjalan lancar? Apakah tidak apa-apa ada yang harus dikorbankan? Kau tahu berapa banyak waktu, tenaga dan uang yang tak sedikit yang kau keluarkan demi ini? Apakah tak ada hal yang sia-sia nantinya? Ya, saya memang kebanyakan perhitungan. -_-


Seperti saat memutuskan untuk belajar bahasa Inggris lagi di sekolah Toefl dan sekolah Inggris. Saya pun mengalami hal yang sama. Gamang. Bertanya-tanya dalam hati. Memangnya ini penting? Kalau nggak penting ngapain dipelajari? Lalu seiring waktu anak-anak di les mulai makin banyak yang nanya soal bahasa Inggris. Sehari bahkan pernah saya mandu dua anak yang les buat ngerjain PR mereka. Mulai dari PR yang sederhana seperti mengucapkan kosakata baru sampai membuat percakapan. Otomatis ini yang bikin saya mau nggak mau belajar lagi sampai lebih detail. Bolak-balik memberanikan diri mengucapkan pelafalan bahasa Inggris yang benar, memulai mencari makna kata-kata yang ada dalam soal.

Sekarang sekolah Toefl sudah masuk fase 3 : reading dan listening yang akan bergantian setiap minggunya. Juga sekolah Inggris yang sudah berjalan hingga minggu ke-8. Sebentar lagi juga ada seleksi baru. Lagi-lagi pertanyaan tentang keseriusan saya belajar bahasa ini bikin saya pening. Memang mau seserius itu? Mau sampai mahir? Nggak hanya buat main-main aja, kan? Sekadar mengisi waktu luang? Bukan karena sekadar nyari kesibukan karena belum kunjung dapat jodoh? 

Lalu pertanyaan saya tentang kegamangan itu terjawab dari sebuah status Mr. Budi Waluyo, mentor SI dan ST. Dia bilang jika yakin dengan beasiswa ini, ikuti saja jalannya. Kelak akan mulai terlihat bagaimana hasilnya. Yang terpenting tahan banting melewati proses yang nggak mudah. Dan saya trenyuh baca status itu. :')

Saat akhirnya saya memesan sebuah paket belajar bahasa Inggris full conversation di sebuah lembaga bimbingan online, pertanyaan itu terus terngiang di kepala. Sejauh ini saya masih belum sepenuhnya yakin apakah ini akan berhasil. Apakah ini akan berguna suatu saat nanti. Ini saya seperti seorang koki yang takut belajar dan takut kalau makanannya bakalan nggak enak dan bentuknya berantakan. Rasanya belajar model begini bikin saya serba takut mencoba. Meski akhirnya pas dengerin conversation dari Mr Teguh mentor di BelajarInggris.net itu, saya akhirnya mulai berani mengumpulkan satu per satu alasan agar saya terus lanjut belajar.

Apa yang saya lakukan selain baca handbook dan ngerjain soal?

  1. Download video-video anak PPI UK dan Oxford sampai vlog Maudy Ayunda yang lagi belajar di UK juga. Aakk, ini videonya keren-keren. Terutama cerita pas di Oxford. Anak-anak sana videonya bagus. Recomended deh.
  2. Membeli 3 buku yang berhubungan dengan beasiswa LPDP, TOEFL Killer, dan IELTS Killer. Yang mana harganya bikin saya langsung bokek. Hahahasyem.
  3. Mempertanyakan alasan saya belajar bahasa Inggris lagi. Sejujurnya saya belajar karena disuruh ngajar. Lalu ada alasan lain, pengin deh uang dari adsense jadi lebih banyak dibandingkan adsense yang konten bahasanya pakai Indonesia. Klik iklannya lebih besar dan saya nggak mau pakai AGC, maunya nulis sendiri. Apa pula itu AGC. -_- Trus, saya masih berharap bisa dapat beasiswa ke Eropa. Tapi ini yang paling bikin sedih. Seriusan mau nyari beasiswa ke sana? Memang ada yang sesuai dengan saya banget?

Saya bahkan sudah tidak pernah ikut lomba lagi. Yang saya pikirkan saat itu adalah apa lomba itu sebegitu pentingnya? Saya mulai kehabisan waktu bahkan untuk menulis job review. Saya harus meluangkan waktu untuk menulis ketika sedang dikejar deadline. Seringkali saat itu terjadi saya harus rela untuk mengurangi jatah belajar di ST dan SI, dan merapelnya nanti di minggu berikutnya.

Ya, kadang ada yang harus dibayar dari impian yang kelewat tinggi. Apa itu? Berani untuk keluar dari zona nyaman. Berani untuk belajar mulai dari nol di mana saya nggak punya jaminan apa-apa selain janji Allah bahwa Allah akan menaikkan derajat hambaNya jika mereka mempelajari ilmu dan mengajarkannya juga. Satu ilmu saja bisa berbalas pahala tanpa putus. Masa saya nggak mau berlelah-lelah belajar untuk menggapai impian yang satu ini? Sudah waktunya saya keluar dari kegamangan untuk maju dan melepas mental block yang selama ini bersemayam di kepala karena takut mencoba dan serius memulai sesuatu yang baru.

Sepertinya saya harus mulai menempelkan kalimat ini di dinding kamar demi menghalau kegamangan itu jika kelak datang lagi.

Ù…َÙ†ْ سَارَ عَلىَ الدَّرْبِ ÙˆَصَÙ„َ


“Barangsiapa berjalan pada jalannya maka sampailah ia.”

Komentar

Postingan Populer